Pernah melihat kepompong yang
merubah jadi kupu-kupu ? jika belum coba perhatikan! Ini pertama kali aku
melihatnya, sempurna. Kupu-kupu kecil
itu sedang berusaha melepaskan diri dari kepompong. Setelah keluar dari
kepompongnya, kupu-kupu itu merangkak ke atas sehingga sayapnya yang lemah,
kusut, dan agak basah dapat menggantung ke bawah dan mengembang secara normal.
Dan setelah sayapnya mengering, dan kuat. Aku melihat kupu-kupu mungil itu
membuka dan menutup sayapnya beberapa kali untuk percobaan terbang pertamanya.
Ini sebuah story tentang sebuah persahabatan. Bukan tentang metamorphosis
kupu-kupu hehe. Aku hanya mengibaratkannya dengan kepompong yang berubah
menjadi kupu-kupu. Sebuah persahabatan yang butuh suatu proses untuk menjadi
indah.
Pagi yang sejuk, langit tak begitu
mendung, cuaca yang cocok untuk kembali tidur. Haha. Dasar pemalas. Hari ini
aku tidak ada deadline yang banyak,
waktu yang hanya dihabiskan untuk berjalan-jalan karena tidak ada jam kuliah.
Aku, Lisna, Tia, Evi, dan Siska.
Kami adalah sahabat. Orang sering menyebutnya 5 SERANGKAI. Kenapa begitu ?
karena kemanapun kami pergi, kami selalu berlima. Yang namanya sahabat itu,
dikala kita susah mereka ada, dikala senang juga ada. Serba ada deh. Ini
persahabatan tergokil yang kami lalui. Kami dipertemukan di kota Padang dengan
tujuan yang sama, yaitu menuntut ilmu.
Awalnya kami sama sekali tidak
saling kenal. Seperti kata pepatah “tak kenal maka tak sayang”. Pepatah ini
benar adanya. Setelah kami saling mengenal, aku jatuh cinta pada mereka. Huaaa
. romance banget jadinya. Kami punya
karakter yang jauh berbeda. Lisna, yang populer banget dengan kata-kata ITULAH
GUEHH, ITULAH KELEBIHAN GUEHH! Evi, yang punya ekspresi selalu heboh,
mempopulerkan kata-kata MANAADA (baca manaaddda), Tia, juga tak mau kalah
dengan kepopuleran mereka, juga merilis kata-kata EH.. KO LAH EH, KO LAH EH!, Siska
yang selalu mengatakan JANGANLAH KEK GITUU (nada rendah, seakan-akan mau
menangis), Dedek Ika pengen mie kocok
sebelum berangkat! Dan aku yang setiap berbicara sering diprotes oleh
Lisna, karena sering banget ngeluarin logat Acehku, AWASIN BEH, SANA BEH, JADI
PA UGAK BEH! Hahaha.
DONE ! dua hari lagi kami lebaran
Idul fitri. Banyak banget rencana yang telah kami persiapkan untuk menyambut
hari special ini, salah satunya masak rendang ala 5 serangkai,
jalan-jalan ke kebun teh, dan masih banyak lainnya. Yah.. walaupun kami nggak
pinter-pinter banget masak, tapi bisalah diandalkan dan rasanya pun mampu buat
lidah bergoyang.
Posisi kami sekarang ada di kost
masing-masing. Lisna, sahabat sekamar ku yang sudah setahun lebih kami habiskan
waktu bersama. Masak bareng, tidur bareng, segala sesuatunya kami lakukan
barengan, kecuali mandi ya . hehe. Ia kelihatan masih betah banget di dalam
selimut merah kuningnya, aku yang pagi-pagi udah nonton di notebook kesayangan juga masih PW
diatas kasur. Tia, sahabat yang asik banget diajak becanda. kami sering
membuat kegaduhan dengan tawa yang nyaring, sehingga membuat mereka seakan-akan
ingin menyantap hidangan yang lezat. Saat itu, tia sedang mencuci baju. Evi,
yang lebih dulu mencuci baju, sekarang sedang menjemur kain. Siska yang serius banget di depan laptop,
diatas kasur plus BB ditangan, tiba-tiba dapat kabar bahwa Ia lulus beasiswa di
UPI Bandung. Ekspresinya saat itu bener-bener kacau. Rambut yang acak-acakan
dengan wajah yang memprihatinkan. Ini pilihan tersulit ! karena saat itu kami
sudah semester tiga dan lagi sibuk-sibuknya Ujian. Evi yang menyaksikan kondisi
Siska hanya bisa mengatakan “ehh.... tatek kali itingnya, mau jadi orang
Bandung dia”(mengelus-elus rambut keriting Siska) , Tia yang hanya bisa tertawa
sambil manggut-manggut memberi kode selamat untuknya membuat Siska jadi semakin
galau tingkat dewa.
Aku dan Lisna sama sekali tidak
mengerti apa-apa, ketika Siska mengirim foto yang bertuliskan namanya di koran
via BBM kami masang muka bengong. Ternyata itu pengumuman kelulusan seleksi
beasiswa satu bulan yang lalu kami ikuti. Tanpa basa-basi, aku bergegas
menghubungi mama. Dan ternyata.. aku juga lulus. GALAU MEN ! hiksss…
Aku panik, nggak tau harus
melakukan apa. Jungkir balik nggak mungkin, teriak-teriak takut dikira orang
gila, nangis-nangis juga nggak banget, nyakar Lisna apalagi . ntar takut
diaduin ke Pak polisi lagi! yang jelas, hari itu aku ingat banget tanggal dan
harinya. Sabtu, 12oktober2013.
Handphone mana handphone!! Aku
nelfon mama lagi. Mau nanya gimana dengan sahabat-sahabatku yang lain. TIA juga
positif lewat! Ekspresi Tia waktu itu, tak jauh berbeda dari ekspresi kami
sebelumnya. BENGONG sambil garuk-garuk kepala! Mimpikah ini ?
Ini SULIT! Pilihan tersulit ! Kalau
natap Lisna dan Evi rasanya nggak tega untuk ninggalin mereka. Kenapa kami
harus dipisahkan ? sedih banget rasanya. Dan pada akhirnya kami memutusan untuk
pindah.
Tinggal satu hari lagi kebersamaan
kami di Kota Padang. Artinya, tidak ada tidur bareng, masak bareng, ngerjain
tugas bareng, dan semua yang serba bareng. Sulit rasanya untuk melangkah
menjauh. Persahabatan kami sedang diuji sekarang. Kami harus berpisah, dan tak
tau pasti kapan akan kembali.
Tuhan..
Engkau mempertemukan ku dengan mereka, dengan satu alasan, menuntut
ilmu. Dan kini Engkau juga memisahkan kami dengan alasan yang sama. Tak apa,
aku yakin suatu saat Tuhan akan mempertemukan kita lagi. Tidak di kota Padang,
namun mungkin di Kota kita masing-masing. Aku sayang kalian. Take care ok !
Siang itu, kami mengikuti acara
keluarga di Maransi. Sekaligus kami pamitan untuk pindah. Di sini kami punya
banyak saudara, kakak-kakak, abang-abang, yang baik-baik semuanya. Perduli
dengan kami. Keluarga besar kami diperantauan. Sejenak aku berpikir. Akankah
aku akan memiliki keluarga seperti ini lagi di sana ?
Pulangnya, kami mampir ke sebuah
restoran untuk berbuka puasa. Tapi, jelas sekali raut wajah kami tak sebening
hari kemarin, yang tidak dihantui dengan sebuah perpisahan.
Keesokan harinya, jam tiga siang.
Kami harus berangkat ke bandara. mereka mau meluangkan waktunya untuk mengantar
kami. Mereka adalah teman-teman terbaik, bang indra, bang win, nana, tika dan
bang diko pacarnya, rela, dan khususnya Evi dan Lisna.
Chek-in, lalu kami masuk ke ruang tunggu. Karna barang
kami terlalu banyak, terpaksa kami harus bergantian turun untuk berjumpa
mereka. Siska yang pertama. Setelah itu, aku dan Tia.
Tergambar sebuah perpisahan yang
membutuhkan waktu lama untuk berjumpa, membuat kami tak tahan menahan air mata.
Kami berpelukan, berpegangan erat. Sampai tiba saatnya kami harus melepaskan
genggaman tangan mereka yang erat untuk segera naik ke pesawat. Tak sempat ku hitung berapa kali sudah kami
bersalaman, dan berpelukan.
Aku, Tia, dan mereka melambaikan
tangan ….
Bersambung..