Minggu, 27 Oktober 2013

Saat Tuhan Mempertemukan Kita


Pernah melihat kepompong yang merubah jadi kupu-kupu ? jika belum coba perhatikan! Ini pertama kali aku melihatnya, sempurna. Kupu-kupu kecil  itu sedang berusaha melepaskan diri dari kepompong. Setelah keluar dari kepompongnya, kupu-kupu itu merangkak ke atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut, dan agak basah dapat menggantung ke bawah dan mengembang secara normal. Dan setelah sayapnya mengering, dan kuat. Aku melihat kupu-kupu mungil itu membuka dan menutup sayapnya beberapa kali untuk percobaan terbang pertamanya. 

Ini sebuah story tentang sebuah persahabatan. Bukan tentang metamorphosis kupu-kupu hehe. Aku hanya mengibaratkannya dengan kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu. Sebuah persahabatan yang butuh suatu proses untuk menjadi indah.

Pagi yang sejuk, langit tak begitu mendung, cuaca yang cocok untuk kembali tidur. Haha. Dasar pemalas. Hari ini aku tidak ada deadline yang banyak, waktu yang hanya dihabiskan untuk berjalan-jalan  karena tidak ada jam kuliah. 

Aku, Lisna, Tia, Evi, dan Siska. Kami adalah sahabat. Orang sering menyebutnya 5 SERANGKAI. Kenapa begitu ? karena kemanapun kami pergi, kami selalu berlima. Yang namanya sahabat itu, dikala kita susah mereka ada, dikala senang juga ada. Serba ada deh. Ini persahabatan tergokil yang kami lalui. Kami dipertemukan di kota Padang dengan tujuan yang sama, yaitu menuntut ilmu.


Awalnya kami sama sekali tidak saling kenal. Seperti kata pepatah “tak kenal maka tak sayang”. Pepatah ini benar adanya. Setelah kami saling mengenal, aku jatuh cinta pada mereka. Huaaa . romance banget jadinya. Kami punya karakter yang jauh berbeda. Lisna, yang populer banget dengan kata-kata ITULAH GUEHH, ITULAH KELEBIHAN GUEHH! Evi, yang punya ekspresi selalu heboh, mempopulerkan kata-kata MANAADA (baca manaaddda), Tia, juga tak mau kalah dengan kepopuleran mereka, juga merilis kata-kata EH.. KO LAH EH, KO LAH EH!, Siska yang selalu mengatakan JANGANLAH KEK GITUU (nada rendah, seakan-akan mau menangis), Dedek Ika pengen mie kocok sebelum berangkat! Dan aku yang setiap berbicara sering diprotes oleh Lisna, karena sering banget ngeluarin logat Acehku, AWASIN BEH, SANA BEH, JADI PA UGAK BEH! Hahaha. 

DONE ! dua hari lagi kami lebaran Idul fitri. Banyak banget rencana yang telah kami persiapkan untuk menyambut hari special ini, salah satunya masak rendang ala 5 serangkai, jalan-jalan ke kebun teh, dan masih banyak lainnya. Yah.. walaupun kami nggak pinter-pinter banget masak, tapi bisalah diandalkan dan rasanya pun mampu buat lidah bergoyang

Posisi kami sekarang ada di kost masing-masing. Lisna, sahabat sekamar ku yang sudah setahun lebih kami habiskan waktu bersama. Masak bareng, tidur bareng, segala sesuatunya kami lakukan barengan, kecuali mandi ya . hehe. Ia kelihatan masih betah banget di dalam selimut merah kuningnya, aku yang pagi-pagi udah nonton di notebook kesayangan juga masih PW diatas kasur. Tia, sahabat yang asik banget diajak becanda. kami sering membuat kegaduhan dengan tawa yang nyaring, sehingga membuat mereka seakan-akan ingin menyantap hidangan yang lezat. Saat itu, tia sedang mencuci baju. Evi, yang lebih dulu mencuci baju, sekarang sedang menjemur kain.  Siska yang serius banget di depan laptop, diatas kasur plus BB ditangan, tiba-tiba dapat kabar bahwa Ia lulus beasiswa di UPI Bandung. Ekspresinya saat itu bener-bener kacau. Rambut yang acak-acakan dengan wajah yang memprihatinkan. Ini pilihan tersulit ! karena saat itu kami sudah semester tiga dan lagi sibuk-sibuknya Ujian. Evi yang menyaksikan kondisi Siska hanya bisa mengatakan “ehh.... tatek kali itingnya, mau jadi orang Bandung dia”(mengelus-elus rambut keriting Siska) , Tia yang hanya bisa tertawa sambil manggut-manggut memberi kode selamat untuknya membuat Siska jadi semakin galau tingkat dewa.

Aku dan Lisna sama sekali tidak mengerti apa-apa, ketika Siska mengirim foto yang bertuliskan namanya di koran via BBM kami masang muka bengong. Ternyata itu pengumuman kelulusan seleksi beasiswa satu bulan yang lalu kami ikuti. Tanpa basa-basi, aku bergegas menghubungi mama. Dan ternyata.. aku juga lulus. GALAU MEN ! hiksss…

Aku panik, nggak tau harus melakukan apa. Jungkir balik nggak mungkin, teriak-teriak takut dikira orang gila, nangis-nangis juga nggak banget, nyakar Lisna apalagi . ntar takut diaduin ke Pak polisi lagi! yang jelas, hari itu aku ingat banget tanggal dan harinya. Sabtu, 12oktober2013.
Handphone mana handphone!! Aku nelfon mama lagi. Mau nanya gimana dengan sahabat-sahabatku yang lain. TIA juga positif lewat! Ekspresi Tia waktu itu, tak jauh berbeda dari ekspresi kami sebelumnya. BENGONG sambil garuk-garuk kepala! Mimpikah ini ?

Ini SULIT! Pilihan tersulit ! Kalau natap Lisna dan Evi rasanya nggak tega untuk ninggalin mereka. Kenapa kami harus dipisahkan ? sedih banget rasanya. Dan pada akhirnya kami memutusan untuk pindah.
Tinggal satu hari lagi kebersamaan kami di Kota Padang. Artinya, tidak ada tidur bareng, masak bareng, ngerjain tugas bareng, dan semua yang serba bareng. Sulit rasanya untuk melangkah menjauh. Persahabatan kami sedang diuji sekarang. Kami harus berpisah, dan tak tau pasti kapan akan kembali. 

Tuhan..
Engkau mempertemukan ku dengan mereka, dengan satu alasan, menuntut ilmu. Dan kini Engkau juga memisahkan kami dengan alasan yang sama. Tak apa, aku yakin suatu saat Tuhan akan mempertemukan kita lagi. Tidak di kota Padang, namun mungkin di Kota kita masing-masing. Aku sayang kalian. Take care ok ! 

Siang itu, kami mengikuti acara keluarga di Maransi. Sekaligus kami pamitan untuk pindah. Di sini kami punya banyak saudara, kakak-kakak, abang-abang, yang baik-baik semuanya. Perduli dengan kami. Keluarga besar kami diperantauan. Sejenak aku berpikir. Akankah aku akan memiliki keluarga seperti ini lagi di sana ? 

Pulangnya, kami mampir ke sebuah restoran untuk berbuka puasa. Tapi, jelas sekali raut wajah kami tak sebening hari kemarin, yang tidak dihantui dengan sebuah perpisahan. 

Keesokan harinya, jam tiga siang. Kami harus berangkat ke bandara. mereka mau meluangkan waktunya untuk mengantar kami. Mereka adalah teman-teman terbaik, bang indra, bang win, nana, tika dan bang diko pacarnya, rela, dan khususnya Evi dan Lisna.

Chek-in, lalu kami masuk ke ruang tunggu. Karna barang kami terlalu banyak, terpaksa kami harus bergantian turun untuk berjumpa mereka. Siska yang pertama. Setelah itu, aku dan Tia.
Tergambar sebuah perpisahan yang membutuhkan waktu lama untuk berjumpa, membuat kami tak tahan menahan air mata. Kami berpelukan, berpegangan erat. Sampai tiba saatnya kami harus melepaskan genggaman tangan mereka yang erat untuk segera naik ke pesawat.  Tak sempat ku hitung berapa kali sudah kami bersalaman, dan berpelukan.
Aku, Tia, dan mereka melambaikan tangan ….
                                                                                                Bersambung..







Tidak ada komentar:

Posting Komentar