Rabu, 30 April 2014

PENDIDIKAN INKLUSIF SEBAGAI SISTEM PENDIDIKAN SEKOLAH RAMAH ANAK



Seiring perkembangan zaman, pengetahuan manusia akan terus berkembang, pandangan pun akan berubah. Ditinjau dari hak warga Negara Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2, menyatakan bahwa: tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB IV pasal 5 ayat (1) dan (2), yaitu (1) setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, (2) warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Dengan ini, berhasil membuka pemikiran tentang menyelamatkan kehidupan anak berkebutuhan khusus.

Ganda Sumekar (2009:3) berpendapat bahwa :
   Anak Berkebutuhan khusus (ABK) ialah anak-anak yang mengalami penyimpangan,  kelainan, atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi, dan sosial, atau gabungan dari hal-hal tersebut sedemikian rupa sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus, yang disesuaikan dengan penyimpangan, kelainan, atau ketunaan mereka.

Hal ini menjelaskan bahwa ABK memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk mengembangkan kemampuan dan potensi mereka. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang sedang dihangatkan dengan Pendidikan Inklusif. Pendidikan yang memahami karakteristik setiap anak guna untuk memperbaiki mutu pendidikan.
Menurut Sapon-Shevin dalam O’Neil (1994) “pendidikan Inklusif adalah suatu sistem layanan pendidikan yang mengisyaratkan kepada anak yang berkebutuhan khusus untuk belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman yang seusianya.”
            Dengan adanya pendidikan inklusif, ABK dapat memperoleh akses dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara bersama-sama dengan anak normal lainnya. Pendidikan ini memperhatikan keberagaman, tidak adanya diskriminasi. Namun, perlu diketahui bahwa pendidikan inklusif bukan berkonsep bahwa anak berkebutuhan khusus berada di tengah-tengah anak normal, tetapi layanan pendidikan ini berorientasi dalam rangka memenuhi kebutuhan setiap anak dengan keunikan atau keberagaman.
            Keberhasilan pendidikan inklusif tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, baik dari dukungan masyarakat, guru, orang tua, pemerintah, dan lain sebagainya. Dalam pendidikan inklusif ini, pengajaran akan disesuaikan dengan kurikulum kemampuan dan gaya belajar setiap anak, sehingga membutuhkan guru khusus dalam membantu anak berkebutuhan khusus di sekolah umum, seperti guru GPK (Guru Pendamping Khusus).
Menurut Skjorten (dalam Pengantar Pendidikan Inklusif:2003), GPK berfungsi untuk mendampingi guru kelas dalam menyiapkan kegiatan yang berkaitan dengan materi belajar, mendampingi anak berkebutuhan khusus dalam menyelesaikan tugasnya dengan pemberian instruksi yang singkat dan jelas, memilih dan melibatkan teman seumur untuk kegiatan sosialisasinya, menyusun kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, mempersiapkan anak berkebutuhan khusus pada kondisi rutinitas yang berubah positif, menekankan keberhasilan anak berkebutuhan khusus dan pemberian reward yang sesuai dengan pemberian konsekwensi terhadap perilaku yang tidak sesuai, meminimalisasi kegagalan anak berkebutuhan khusus, memberikan pengajaran yang menyenangkan kepada anak berkebutuhan khusus, menjalankan Program Pembelajaran Individual (PPI).

Dengan tatacara pelaksanaan sistem pendidikan inklusif yang baik, anak berkebutuhan khusus akan mempunyai hak kesamaan dalam memperoleh pendidikan dengan anak normal tanpa harus terdiskriminasi. Sehingga dapat membantu mewujudkan sekolah ramah anak, dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Daftar Pustaka :
Lestari, Dewi. 2013. “Tugas dan Peran Guru Pendamping (Shadow Teacher)”. Blogger.com (anakabk.wordpress.com/2013/03/20/tugas-dan-peran-guru-pendamping-shadow-teacher/). Diakses 30 April 2014.
Sumekar, Ganda. 2009. Anak Berkebutuhan Khusus. UNP Press: Padang.
Syamsir, 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. AKBID Yayasan “Ranah Minang”: Padang.





Jumat, 11 April 2014

Thanks for "Beautiful Fireflies"


Satnite kembali hadir. Hari dimana para jomblo akan berdo'a agar hujan lebat segera turun. Bagiku ini hari yang sama saja dengan hari biasanya.
Tapi.. kali ini, aku punya cerita di malam satnite. aku jadi tak pernah kehabisan cerita saat aku mengenal dia, someone special serta mereka teman baru. bisa dikatakan merekalah yang membuatku akhir-akhir ini jadi semangat untuk menulis.
Malam ini udara sangat sejuk, sama seperti malam sebelumnya. aku dan dia berjalan melewati gang kecil, menelusuri setapak demi setapak berjalan menuju arah kampus.
Sepulang dari kampus, kami mencari kunang-kunang, aku menyukai serangga ini, walaupun aku pernah mendengar mitos penjelmaan lucifer yang ada di kunang-kunang. Tapi, ini hanya sekedar mitos, karena ternyata Lucifer ini bukanlah makhluk ataupun monster jahat, melainkan sebuah enzim yang disebut luciferase (berasal dari bahasa latin lux ferre), yang berarti pembawa cahaya. Serangga ini terlihat indah, gemerlip cahayanya membuatku jatuh hati. sedikit mengendap-endap disamping rerumputan. dan akhirnya.. taraaa..!! dia memberiku 5 ekor kunang-kunang, sangat indah. terimakasih :)

Pensil Milkita


Deadline hari ini padat. Pagi hari aku bersiap menuju kampus untuk mengambil surat observasi yang sebelumnya sudah diajukan. Tak mau mengundurkan waktu, aku memutuskan untuk mengantar surat observasi hari ini juga.

Kali ini aku pergi tak sendiri, bersama partner (Sita). Panggilan partner serasa sudah melekat dilidah. Haha. Awalnya, sebutan ini muncul karena mata kuliah Pengukuran Fisiologis, dosen menuntut memilih pasangan praktek untuk ujian nantinya.

Berjalan perlahan menuruni tangga, lalu mempercepat langkah menelusuri gang kecil. Matahari terik siang ini. Alis mengernyit bingung, kami tak tau alamat sekolah yang akan diobservasi. Di sepanjang perjalanan, kami menanyakan alamat pada siapapun yang terlihat. Setelah menemukan sekolah yang dituju, kami tampak lga, tapi tak sampai 5 menit, kembali tegang. Kepala sekolah tak mengizinkan ada observasi lagi, alasannya jadwal terlalu padat, “maaf ya nak.. coba cari sekolah lain dulu, sekolah ini sudah terlalu banyak jadwal yang melakukan penelitian”.

Namun ini tak membuat kami putus asa, meskipun sedikit merasa gondok. Masih ada pilihan lain, SDN Sukasari dan SDN Harapan. Di SDN Sukasari alasannya sama dengan SD yang pertama “terlalu banyak yang observasi, maaf nak” tak terbayangkan ekspresi Sita saat itu, haha. “Don’t cry Sita “ujarku mengejek. Ehehe

Satu SD masih tersisa, SDN Harapan. “ini benar-benar harapan kita Ta.. sesuai dengan namanya SDN Harapan” Sita mengangguk, tanda setuju. Berbincang lama dengan Kepala Sekolah, merasa keberatan sebenarnya, tapi.. Allah mendengar do’a kami hari ini, kami dizinkan. GREAT !!

Malam harinya Aku, Sita, Zakiah, Rahmad, dan Hariry menyiapkan buah tangan untuk berkunjung ke TK Miftahul Manan esok hari. Simple, tapi.. bisalah, lagipula kupikir ini lumayan menarik, manis dan cocok untuk diberikan anak usia 5 tahunan.
Semoga kalian menyukainya J

Semangat !! :D

w/partner Sita

umm.. nyami, cantik kan ?






Kamis, 03 April 2014

AUTOBIOGRAFI




Nama saya Nadhifah. Jenis kelamin perempuan. Saya dilahirkan di Banda Aceh 22 Oktober 1994. Anak kedua dari lima bersaudara, 1 kakak,  2 adik laki-laki, dan 1 adik perempuan.
Saya hidup dikeluarga yang sederhana. Ayah bernama Al Munzir dan Ibu bernama Hamidah, kedua orang tua berasal dari Takengon, Aceh Tengah. Meskipun orang tua berasal dari Aceh Tengah, kami tinggal di Banda Aceh, tepatnya di Jalan Cut Bak Beum Lr. Kedelai Ie Masen Ulee Kareng Banda Aceh. Kakak saya bernama Nadhrah, umur kami beda 2 tahun, sekarang ia kuliah di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, adik laki-laki saya bernama Imtiaz dan Kaysuna. Imtiaz  berumur 14 tahun, sedangkan Kaysuna berumur 10 tahun, dan seorang adik perempuan bernama Nasywa, berumur 4 tahun.
Hobi saya banyak, diantaranya membaca, mendengarkan musik, olahraga, menulis. Dalam membaca, saya sangat tertarik membaca buku yang membicarakan tentang fenomena-fenomena alam, karena dengan banyak membaca itu saya akan banyak tau tentang alam. Selain itu, buku yang mengkaji tentang Islam juga tak kalah menarik.
Cita-cita saya menjadi seorang guru, hal ini bisa dilihat saat berumur 5 tahun, saya selalu berperan menjadi seorang guru dalam permainan anak-anak. Ekspresi mereka sangat senang waktu itu.
Saya mulai menempuh pendidikan di TK Raudhatul Atfal tahun 1999, tahun 2000 melanjutkan pendidikan  di MIN Ulee Kareng Banda Aceh, tahun 2006 di MTsN Model Banda Aceh, lalu tahun 2009 di SMA Negeri 3 Banda Aceh. Pada masa SMP dan SMA, saya pernah mendapatkan prestasi olimpiade non akademik dalam bidang olahraga, yaitu tenis meja.
Tamat dari SMA saya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di Universitas Negeri Padang tahun 2012. Mengingat cita-cita di waktu kecil, orang tua menyarankan untuk memilih jurusan yang menjurus ke guru. Saya memutuskan untuk memilih jurusan Pendidikan Luar Biasa, karena orang tua saya mendalami bidang yang sama. Selain itu, adanya rasa ketertarikan terhadap anak berkebutuhan khusus, ditambah lagi keinginan untuk bisa mengembangkan keahlian khusus dalam mendidik anak berkebutuhan khusus di Aceh.
Di Padang, saya mempunyai banyak teman dari berbagai suku. Senang rasanya mengenal mereka. Oleh karena itu, saya dapat memahami berbagai bahasa daerah. Masa-masa kuliah terus berlangsung, sudah merasa nyaman di sana. Namun masuk semester ketiga, saya mendapat informasi tentang beasiswa dari Pemerintah Aceh, khusus untuk jurusan yang sama, yaitu pendidikan luar biasa di perguruan tinggi Universitas Pendidikan Indonesia. Saya sangat tertarik mengikuti beasiswa ini, orang tua sangat mendukung, dan akhirnya mengikuti tes. Sambil menunggu pengumuman, saya tetap melanjutkan perkuliahan di Universitas Negeri Padang. Dua bulan kemudian pengumuman pun keluar, berkat do’a dan usaha, saya diterima dalam program beasiswa tersebut.  Dan pada akhirnya saya memutuskan untuk kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia.