Kamis, 03 April 2014

AUTOBIOGRAFI




Nama saya Nadhifah. Jenis kelamin perempuan. Saya dilahirkan di Banda Aceh 22 Oktober 1994. Anak kedua dari lima bersaudara, 1 kakak,  2 adik laki-laki, dan 1 adik perempuan.
Saya hidup dikeluarga yang sederhana. Ayah bernama Al Munzir dan Ibu bernama Hamidah, kedua orang tua berasal dari Takengon, Aceh Tengah. Meskipun orang tua berasal dari Aceh Tengah, kami tinggal di Banda Aceh, tepatnya di Jalan Cut Bak Beum Lr. Kedelai Ie Masen Ulee Kareng Banda Aceh. Kakak saya bernama Nadhrah, umur kami beda 2 tahun, sekarang ia kuliah di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, adik laki-laki saya bernama Imtiaz dan Kaysuna. Imtiaz  berumur 14 tahun, sedangkan Kaysuna berumur 10 tahun, dan seorang adik perempuan bernama Nasywa, berumur 4 tahun.
Hobi saya banyak, diantaranya membaca, mendengarkan musik, olahraga, menulis. Dalam membaca, saya sangat tertarik membaca buku yang membicarakan tentang fenomena-fenomena alam, karena dengan banyak membaca itu saya akan banyak tau tentang alam. Selain itu, buku yang mengkaji tentang Islam juga tak kalah menarik.
Cita-cita saya menjadi seorang guru, hal ini bisa dilihat saat berumur 5 tahun, saya selalu berperan menjadi seorang guru dalam permainan anak-anak. Ekspresi mereka sangat senang waktu itu.
Saya mulai menempuh pendidikan di TK Raudhatul Atfal tahun 1999, tahun 2000 melanjutkan pendidikan  di MIN Ulee Kareng Banda Aceh, tahun 2006 di MTsN Model Banda Aceh, lalu tahun 2009 di SMA Negeri 3 Banda Aceh. Pada masa SMP dan SMA, saya pernah mendapatkan prestasi olimpiade non akademik dalam bidang olahraga, yaitu tenis meja.
Tamat dari SMA saya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di Universitas Negeri Padang tahun 2012. Mengingat cita-cita di waktu kecil, orang tua menyarankan untuk memilih jurusan yang menjurus ke guru. Saya memutuskan untuk memilih jurusan Pendidikan Luar Biasa, karena orang tua saya mendalami bidang yang sama. Selain itu, adanya rasa ketertarikan terhadap anak berkebutuhan khusus, ditambah lagi keinginan untuk bisa mengembangkan keahlian khusus dalam mendidik anak berkebutuhan khusus di Aceh.
Di Padang, saya mempunyai banyak teman dari berbagai suku. Senang rasanya mengenal mereka. Oleh karena itu, saya dapat memahami berbagai bahasa daerah. Masa-masa kuliah terus berlangsung, sudah merasa nyaman di sana. Namun masuk semester ketiga, saya mendapat informasi tentang beasiswa dari Pemerintah Aceh, khusus untuk jurusan yang sama, yaitu pendidikan luar biasa di perguruan tinggi Universitas Pendidikan Indonesia. Saya sangat tertarik mengikuti beasiswa ini, orang tua sangat mendukung, dan akhirnya mengikuti tes. Sambil menunggu pengumuman, saya tetap melanjutkan perkuliahan di Universitas Negeri Padang. Dua bulan kemudian pengumuman pun keluar, berkat do’a dan usaha, saya diterima dalam program beasiswa tersebut.  Dan pada akhirnya saya memutuskan untuk kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar